Saya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di Bandung. Awal cerita saya dimulai saat saya menghadiri sebuah acara pemberian penghargaan, di sana saya datang bersama teman saya, sebut saja Rusdi.
Aku ditawari untuk menggarap proyek perayaan Hari Pesta Selamatan oleh teman yang mengenalkan saya dengan Dewi, memang bidang saya adalah entertaiment. Teman saya yang mengenalkan saya namanya Beby. Singkat kata, saya terima proyek yang diberikan oleh Beby. Dan ternyata yang punya kerjaan itu adalah Dewi, untuk perayaan ulang tahunnya yang ke 34.
Saya pun dipertemukan oleh Beby dengan Dewi di rumah v yang terlihat cukup megah. Saya dan Beby menunggu Dewi yang sedang mandi di ruang keluarga. Di sana saya ngobrol cukup banyak dengan Beby (Beby sedang hamil 7 bulan).
Obrolan berlangsung santai dan sampai menyerempet ke masalah kehidupan seks Beby, ternyata Beby yang memiliki tinggi 170 cm, ukuran BH 38, dan m size ini memiliki libido seks yang cukup tinggi. Beby pun mulai merapatkan posisi duduknya mendekati saya (karena kami duduk di atas sofa yang sama/sofa panjang).
“Wandi.. coba kamu pegang perutku, sepertinya jabang bayiku ini ingin berkenalan denganmu deh..!” kata Beby.
“Ah kamu bisa saja Beby..!” kata saya yang belum tahu arti sinyal dari Beby itu.
“Kalau nggak percaya, coba saja kamu pegang perutku ini..!” ujar v yang kali ini memaksa tangan saya untuk memegang perutnya yang sudah terlihat buncit.
Dan benar, sepertinya ada yang bergerak-gerak dari dalam perutnya.
“wandi.. kamu pernah ngerasain begituan dengan orang hamil..?” ujar Shebi yang membuat saya kaget.
“Mmm.. mm, belum tuh Beby..””Memangnya enak apa rasanya..?” tanya saya keheranan.
“Wah Ennnakk loh rasanya..”
“Itu kuketahui dari suami dan brondong-brondongku..” ujar Beby yang membuat saya tersentak tambah kaget.
“Mmm.. begitu..” kata saya agak sedikit sok tenang, meskipun tegangan tubuh sudah agak naik.
“Kok jawabannya cuma segitu, apa kamu nggak mau nyobain..?” ucap Beby yang sedikit kesal karena tanggapan saya hanya sebatas itu, sedang posisi kami sudah semakin dekat.
Beby menarik sedikit ke atas long dress yang dikenakannya, dan terlihat paha mulus yang sedikit memperlihatkan timbunan lemak di sisi-sisinya dan sedikit CD hitam. Saya pun terdiam sejenak, lalu saya pegang kepala dan menatapnya serta meyakinkannya.
“Beby.., bukannya aku tidak ingin mencoba tawaran yang spektakuler ini, tetapi kamu harus lihat kita ini dimana..? Tetapi bila kamu tawari aku di posisi yang tepat, tentulah aku tak akan menolak..!” kata saya mencoba menenangkan suasana yang semakin panas itu.
Saya sadar bahwa kami datang ke tempatnya Dewii dalam rangka suatu kerjaan, dan aku termasuk orang yang menjunjung tinggi profesionalisme.
“Aku tau apa yang kamu khawatirkan Wandi..” balas Beby sambil menutup bibir saya dengan jari telunjuknya.
“Kau harus tau bahwa Dewi itu penganut seks bebas, dan tentu doi tak akan marah kalau kita bercinta di sini, dan lagi pula di sini tidak ada orang lain selain dewi..” kata Beby mencoba meyakinkan saya sambil perlahan mengangkat kaos yang saya pakai ke atas, dan jarinya bermain di atas puting saya sambil memainkan lidahnya sendiri membasahi bibirnya yang sudah basah.
Mendengar perkataannya yang meyakinkan dan juga ditambah dengan perlakuannya yang mencoba merangsang birahi saya, saya semakin yakin akan situasi yang ada. Saya pun mulai berani untuk meraba dada Shebi yang besar tanpa membuka pakaian yang melekat di tubuhnya.
Beby pun bertambah liar dengan menyusupkan tangannya mencari batang kemaluan saya yang sudah menegang sejak tadi. Sambil memilin putingnya tanpa membuka pakaiannya, tangan kiri saya pun bergerak ke bawah sambil membiarkan tangan kanan saya untuk tetap berada di atas dan Beby pun mendesah.
Sampai di tempat yang saya tuju, tangan kiri saya pun meraba dari luar CD Beby, dan terasa ada yang basah dan lengket di sana. Lalu bibir kami pun saling mendekat dan terjadi perciuman yang cukup lama. Kami pun terlihat sudah semakin berkeringat.
Kemudian tangan yang berada di daerah sensitif Beby pun sepertinya mulai aktif melorotkan CD hitam Beby, dan saya merasakan sentuhan bulu-bulu lebat yang sepertinya tertata rapih. Beby pun telah sukses mengeluarkan senjata kemaluan saya dan mengocok-ngocoknya perlahan.
Saya yang merasa penasaran ingin melihat kemaluan orang hamil, lalu menghentikan ciuman kami dan turun ke arah kemaluan Beby yang duduk di sofa. Ternyata tebakan saya benar, liang kemaluan Beby yang lebat ternyata benar-benar tertata rapih. Saya pun mulai tergiur untuk merasakan bibir kewanitaan itu dengan mulai mejilatinya secara lembut.
“Achh.., achh.. kamu pintar Wan..! Truuss.. Wandii..!” Shebi pun terlihat sudah tidak dapat mengontrol ucapan dan intensitas suaranya.
Beby meluruskan tubuhnya di atas sofa sambil mengocok senjata kemaluan saya. Mendapat perlawanan yang demikian nafsunya, saya pun merubah posisi menjadi 69. Saya di bawah dan Beby di atas. Ternyata benar kata orang, kemaluan orang yang sedang hamil itu gurih rasanya.
15 menit berlalu dalam posisi 69.
“Wandi.. please..! Masukin sekarang Say..!” pinta Shebi yang sudah tidak kuasa lagi menahan gejolak nafsunya.
Mendengar itu saya tidak langsung menuruti, tetapi saya tetap saja mengigit, menjilat, meludahi liang kewanitaannya, terutama klitoris-nya yang sudah mengkilap karena basah.
“Ndii.., kamu jahat..!” teriak Beby diikuti dengan melelehnya air kemaluan Beby yang cukup banyak dari liang senggama Beby, yang menandakan Beby sudah mencapai orgasmenya. Saya jilat habis cairan kental yang keluar itu sampai tidak tersisa.
Senjata kejantanan saya yang terhenti bergerak itu dikulum oleh Beby. Karena orgasmenya, Beby mengulum kemaluan saya hingga menjadi merah. Lalu dengan bantuan tangan, saya masukkan kembali senjata saya itu ke dalam mulut Beby sambil menaik-turunkan di dalam mulutnya.
“Aawww..!” saya berteriak karena batang kemaluan saya tergigit Beby, “Kamu nakal ya. sayangg.?” kata saya sambil menarik batang kejantanan saya dari mulutnya, lalu mengarahkannya ke vagina Beby.
Saya tidak langsung memasukkannya, tetapi memainkannya terlebih dulu di bibir vaginanya sampai Beby sendiri yang memajukan pantatnya agar batang kemaluan saya dapat langsung masuk, tetapi tetap saja saya tahan agar tidak masuk.
“sayangg.., kamu jahat..!” ujar Beby kesal.
“Habis kamu duluan yang mulai..!” jawab saya.
Tanpa kami sadari, ternyata pertempuran kami dari tadi sudah ada yang mengawasi, yaitu Dewi yang entah dari kapan dia sudah ada di dekat kami dengan mengunakan daster tanpa BH. Pemandangan itu kami ketahui karena daster Dewi sudah ada di bawah kakinya.
Karena saya merasa sudah tidak tahan, akhirnya saya mulai memasukkan penis saya perlahan tapi pasti ke liang senggama Beby. Memang awalnya sulit, tetapi karena Beby minta untuk terus dipaksa, ya akhirnya masuk juga.
“Achh.. achh..!” teriak v dengan wajah memerah entah karena nafsu atau karena sakit.
Ternyata liang kemaluan orang yang sedang hamil itu lebih hangat dibandingkan kemaluan wanita normal. Karena sempit dan hangatnya liang senggama Beby, membuat saya tidak dapat bertahan lama, meskipun goyangan Beby tidak terlalu “hot”, tetapi tetap saja rasanya lebih asyik dari liang kemaluan wanita yang tidak hamil.
“Beby.. aku mau keluar..!” kata saya ditengah-tengah nikmatnya persetubuhan kami.
“Aku.. keluarkan di mana Say..?” tanya saya menambahkan.
“Terserah kau saja Wandii..!” jawab Beby yang ternyata juga sudah orgasme kembali.
Akhirnya karena lebih enak, saya keluarkan cairan panas itu di dalam vaginanya, “Cret.. cret.. cret..!” mungkin sampai tujuh kali air mani saya tersembur di dalam liang senggama Shebi.
“Ohh.., ternyata kalian di sini sudah nyolong start ya..?” ujar Dewii yang membuka pembicaraan.
“Abis kita udah nggak tahan Mba..!” jawab Beby.
“Trus gimana proyek ultah-ku..?” tanya Dewi sambil memakai dasternya kembali yang tadi dilepaskan ke bawah, karena Dewi dari tadi menyaksikan pergulatan kami sambil bermasturbasi.
“Kalau masalah itu tenang, di sini sudah ada ahlinya, tinggal kucuran dananya saja, konsepnya sudah Indra susun kok..!” jawab Beby sambil menahan saya untuk mengeluarkan penis saya dari liang senggamanya.
“Ooo.., ok aku percaya..” kata De,wi “Tapi biar Indra istirahat dong..! Masa kamu monopoli sendiri itu batang..!” jawab Dewi sambil mengambil wine yang ada di mini bar, lalu duduk di sana, memperhatikan kami yang akhirnya mengambil pakaian kami masing-masing.
“Wandii.., kamu besok bisa ambil dananya di sini..” kata Dewi.
“Lo nggak mau nyobain punyanya Wanduu..?” celetuk Beby, “Ntar nyesel..?” tambahnya.
“Jangan sekarang deh, abis tanggung, sebentar lagi Bapak mau jemput gue..” jawab Dewii.
“Ooo..” jawab Shebi yang sepertinya mengetahui bahwa Dewi kalau main itu tidak cukup kalau hanya 3 atau 4 ronde saja.
“Ya sudah, kami pamit dulu deh kalau gitu, biar besok si Wandi saja yang datang ke sini sendiri..” kata Beby.
Saya yang dari tadi diam saja hanya manggut tanda setuju untuk datang lagi esok.
“Tapi besok kamu datangnya malam saja ya..!” pinta Dewi.
“Ooo.., sekalian kamu cobain ya..?” pancing Shebi sambil tersenyum.
“Apa kamu mau ikutan Sheb..?” tanya Dewi.
“Nggak ah, abis main sama lo harus lama, gue takut kandungan gue bermasalah lagi.””Kalau dokter gue bilang nggak apa-apa sich gue ok aja, tapi kalau kebanyakan digenjot nanti bocor lagi..!” kata Beby sambil tertawa.
“Ya udah ngga pa-pa, tapi kamu pasti datang kan Dra..?” tanya Dewi.
“Ya..” jawab saya singkat.
“Ya sudah kita cabut ya..?” ujar Shebi ke Dewi.
“Ya, ok lah..”
“Bye, Sayangg jangan lupa ya atau kontrak kita batal nich..!” sambil mencubit dagu saya.
Yahchh…. Percintaan kami lanjutkan di sela-sela kesibukan kami, sampai hal itu berhenti saat Beby melahirkan, karena Kesibukanya Mengurus bayinya. Tapi kami tetap perhubungan , alaupun tidak sesering dulu.